DSC_0395RUH dari kebesaran sebuah bangsa adalah tetap lestarinya kearifan budaya dan adat istiadat lokal dari mayarakat bangsa itu sendiri.
Perhelatan akbar Peringatan Milad ke- 509 Kesultanan Banjar berlagsung mulai 6 -12 Muharram 1435 H (10-16 November 2013), di Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan,  berlangsung meriah dan mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat.
Dalam laporan khusus bertema  mengangkat tradisi budaya lokal kali ini,  penting bagi pemerintah daerah untuk menyajikan informasi terkait historis,  kiprah sosial dan budaya  yang telah diperankan Kesultanan Banjar sebagai referensi dalam upaya bersama membesarkan budaya dan kearifan lokal. *

Tak Lelah Promosikan Budaya

Suasana Musyawarah Agung I Kerapatan Raja - Sultan se Borneo di Islamic Center Mufti TGB HM Djazouly SemanSEBAGAI sebuah indentitas bangsa, budaya memiliki peran sentral membangun karakter bangsa. Nilai keelokan budaya akan tergerus peradaban modern, sebagai konsekuensi  kemajuan ilmu pengetahuan.
Banua kita Bumi Baiman, Bauntung Batuah, patut bersyukur  memiliki seorang Sultan yang dengan gigih tanpa kenal lelah mempromosikan adat dan tradisi budaya Banjar hingga ke manca negara melalui pengiriman duta seni dan budaya Kesultanan Banjar.
Kesultanan Banjar sejak dibangkitkan Tanggal 24 Juni 2010 melalui Musyawarah Tinggi Lembaga Adat dan menobatkan H Khairul Saleh sebagai Raja Muda Kesultanan Banjar telah banyak memerankan misi sosial dan budaya. Terbukti dari kiprah sosial dan budaya baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Sejak dinobatkan sebagai Sultan Banjar oleh Dewan Mahkota Banjar bertepatan Milad ke- 508 Kesultanan Banjar, 24 November 2012,  Khairul Saleh menggelar banyak perhelatan budaya.
“Saya menerima mandat dan kepercayaan ini bukan untuk feodalisme atau mengkultuskan seseorang. Semata-mata sebagai langkah untuk melestarikan budaya nilai-nilai luhur kearifan lokal yang diwariskan oleh Kesultanan Banjar,” terang Sultan Banjar mempertegas misi kebangkitan Kesultanan Banjar di sela penobatannya sebagai Raja Muda  Kesultanan Banjar,  24 Juli 2010 silam. *

Pentaskan Kesenian Rakyat 
Bagi masyarakat Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Banjar dan sekitarnya setiap  Peringatan Milad Kesultanan Banjar sesuatu yang sangat ditunggu.
Pasalnya,  pada event yang mengusung tema kearifan budaya lokal itu oleh panitia digelar kegiatan lomba-lomba tradisional yang bersifat menghibur dan mendidik.
“Ulun sangat gembira digelarnya lomba olahraga tradisional terompah, enggran dan dagongan ini. Selain unik dan menghibur juga sarat nilai-nilai kebersamaan,” ucap M Yusuf warga Martapura Timur, saat menyaksikan lomba rakyat ini, di RTH Alun Alun Ratu Zalecha Martapura, Selasa (12/11) pagi.
Menurut M Yusuf kegiatan lomba rakyat yang dilaksanakan Kesultanan Banjar ini menjadi pengobat rindu generasi muda sekarang terhadap warisan nenek moyangnya.
Pada Milad ke 509, juga digelar lomba-lomba masyarakat tempo dulu, seperti  lomba rudat, mamanda, madihin, festival nasyid, tari klasik, kaligrafi, musik panting, pembagian bubur asyura.
Seminar Sejarah Budaya, Simposium Sejarah Budaya Kerapatan Raja-raja Sultan se Borneo, Balamut dan Damarwulan, Wayang Banjar, Karnaval Ragam Nusantara, Lomba Merangkai Payung Kembang dan Bursa Pameran Keris dan Benda Pusaka. *

Referensi Bernilai Sejarah

F. OLAHRAGA TRADISIONAL 03PERINGATAN Milad 509 Kesultanan Banjar benar-benar terencana dan teragenda rapi. Berbagai kalangan mengapresiasi serangkaian agenda lomba seni dan budaya serta beragam kegiatan yang dilaksanakan.
Salah satu kegiatan yang mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat dunia akademisi, peneliti dan para ilmuan adalah Simposium Sejarah Budaya Kerapatan Raja Sultan se Borneo, berlangsung di Gedung Islamic Center Mufti Tuan Guru Besar HM Anang Djazouly Seman Martapura.
Ratusan peserta terlihat antusias mMencermati pemaparan dari dua pakar sejarawan nasional selaku narasumber, Prof Helius Sjamsudin dan Prof  Dr Hj Marwah Daud Ibrahim .
“Simposium ini bernilai referensi tinggi. Apresiasi kami untuk Kesultanan Banjar yang peduli terhadap pelestarian sejarah lokal. Bagi kami akademisi simposium sejarah ini sebuah gagasan cerdas dan luar biasa,” ucap Ghazali Rahman SSos, MSi, peserta simposium. *