Dalam upaya menekan populasi hama tikus sawah, para babinsa, polisi, penyuluh pertanian, petani, serta warga desa melakukan perburuan dan pembasmian massal hewan pengerat ini, Rabu (21/12). Kegiatan ini sebagai wujud kepedulian bersama terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Banjar, khususnya di Desa Antasan Senor Kecamatan Martapura Barat.
Kegiatan pembasmian hama tikus ini dilakukan oleh prajurit TNI-AD dari Koramil 1006-06/ Martapura, Anggota Polsek Martapura Barat bersama aparat Desa Antasan Senor, Kecamatan Martapura Barat. Sebelum kegiatan dilaksanakan, para petani diberikan sosialisasi bagaimana caranya berburu hama tikus.
Menurut Pengamat Hama dan Penyakit Kecamatan Martapura Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPTPH) Provinsi Kalimantan Selatan, Untung Prihadi, kegiatan berburu hama tikus tersebut dalam upaya mengurangi serangan sejumlah hama padi, khususnya tikus. “Karena serangan hama tikus hampir setiap musim tanam, yang terjadi saat-saat beberapa hari lagi padi akan dipanen,†jelasnya.
Tentunya apa yang kita lakukan ini, lanjutnya, merupakan salah satu dari beragam cara pemberantasan hama di sawah, selain dengan membunuh hama lewat bahan kimia. “Yang jelas cara ini alami serta bisa menumbuhkan rasa kebersamaan dan kegotong-royongan,†katanya di sela-sela kegiatan memburu tikus.
Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Harapan Bersama Desa Antasan Senor, Zaini, mengatakan, perburuan tikus secara massal bertujuan untuk menekan populasi tikus agar pada waktu musim tanam nanti jumlahnya tidak begitu banyak lagi. Diharapkan tindakan ini akan menunjang program pemerintah agar Kabupaten Banjar bisa berswasembada pangan.
Ia juga menjelaskan, kegiatan ini mereka lakukan satu kali dalam setahun. Namun, pada tahun ini perburuan tikus menemui kesulitan. Karena masih tingginya kapasitas air sawah. Berbeda jika musim kemarau, petani akan lebih maksimal dalam melakukan perburuan, “ungkap Zaini.
Adapun salah seorang petani, Ideham, mengatakan, dari hasil perburuan hama tikus yang dilakukan selama dua jam, tercatat ia paling banyak mengumpulkan hama tikus sebanyak 27 ekor. “Rencananya kami akan diberi upah tangkapan tikus per ekornya 500 rupiah,†ujarnya senang..
Sementara itu diketahui, dana pembayaran upah hasil tangkapan hama tikus didapat dari patungan para petani itu sendiri. Mereka masing-masing diwajibkan mengumpulkan satu blek hasil panen padi dalam satu tahun. (sadi)