Kondisi waduk Riam Kanan lokasi sumber air baku Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pangeran Muhammad Noor di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar kian kritis. Pasalnya tak hanya musim kemarau, pada musim hujan pun volume air di waduk Riam Kanan terus menyusut.
General Manager PT PLN Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, Yuddy Setyo Wicaksono disela launching buku Riam Kanan Cikal Bakal Kelistrikan di Kalimantan, Jumat (11/5) di Waduk Riam Kanan Kecamatan Aranio menyatakan aktifitas penebangan disinyalir menjadi penyebab utama kian menyusutnya volume air waduk Riam Kanan. Sebab katanya, pembabatan hutan lebih banyak dilakukan untuk membuka lahan tambang emas ilegal.
“Akibatnya penyusutan air sangat cepat karena air tidak tersimpan. Pada musim hujan kadang air juga meluap. Paling mengkhawatirkan itu tingginya sedimentasi di kawasan waduk Riam Kanan akibat penggundulan hutan,” ujarnya.
Hasil pengukuran sedimentasi yang dilakukan setiap tahun katanya menunjukkan adanya peningkatan pada kawasan waduk. Terdapat bagian kritis yakni zona penumpukan heavy sediment pada bagian tertentu.
Kondisi lingkungan katanya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan PLTA. Saat ini ada sekitar 5.250 jiwa penduduk yang bermukim di kawasan daerah aliran sungai waduk Riam Kanan. Kehidupan warga masyarakat yang tersebar di 11 desa, tingkat kehidupannya relatif masih sederhana dengan mata pencaharian utama sebagai petani, nelayan dan penambang intan atau emas tradisional.
Waduk Riam Kanan, katanya, hanya menggantungkan pada cawan raksasa. Pada musim kemarau memang miris hanya beroperasi 2 unit. Namun kata dia, yang lebih miris pada musim hujan pun volume air di waduk tetap menyusut lantaran turunnya hujan hanya di kawasan hilir. “Sampai akhirnya musim hujan pun kita harus menggelar shalat istisqho karena volume air tidak bertambah,” ujarnya.
Pengaruh sedimentasi, katanya, bukan hanya pada volume air saja, namun juga mempengaruhi keandalan mesin pembangkit PLTA. Pada musim kemarau frekuensi pembersihan peralatan heat exchanger dan water strainer di mesin PLTA semakin bertambah.
Terkait kondisi kritis di kawasan aliran waduk, Wakil Bupati Banjar, DR H Ahmad Fauzan Saleh mengatakan, pihaknya kini tengah menjalin kerjasama dengan Kemenristek RI untuk melakukan kajian ilmiah terhadap kondisi waduk Riam Kanan. Pihaknya berharap, dari hasil kajian itu nantinya akan ada temuan-temuan ilmiah sebagai dasar dalam membuat kebijakan untuk menyelamatkan waduk yang kian kritis.
Disinggung soal tingginya aktifitas penambangan ilegal sebagai penyumbang terbesar cemaran dan tingginya sedimentasi waduk, Fauzan menyatakan tetap mengimbau warganya untuk segera menghentikan aktifitas tersebut.
“Perlu keterbukaan masyarakat, sebab alasan mereka tidak ada pekerjaan lain di desa juga tidak pernah dilaporkan pada pemerintah,” ujarnya.
Menurutnya, pihaknya sudah melakukan operasi gabungan tambang emas illegal dan imbauan-imbauan baik langsung maupun lewat spanduk. Bahkan penyuluhan kepada pembakal dan tokoh desa di kawasan paling tinggi aktifitas penambangannya yakni Desa Bunglai pun sudah dilakukan.