2 3Kota Martapura Kabupaten Banjar selain dikenal dengan Kota Intan, Martapura juga dikenal sebagai Kota Santri. Banyaknya pondok pesantren yang ada di Kabupaten Banjar, terlebih Ponpes Darussalam Martapura yang menjadi ponpes tertua di Kalsel seakan menjadi magnet tersendiri bagi santri yang datang dari berbagai penjuru di Nusantara untuk menuntut atau memperdalam ilmu Agama Islam di Kabupaten Banjar.

Histori Kota Martapura memang tidak bisa dilepaskan dari perjuangan para santri, baik itu berjuang secara langsung melawan penjajah atau berjuang secara tidak langsung dengan memerangi kejahilan dengan menjadi ulama. Bahkan beberapa dari ulama pernah menjadi raja atau Sultan di Kerajaan Banjar dahulu. Sampai dihapusnya Kerajaan Banjar oleh Belanda yang sekarang menjadi Kabupaten Banjar. Bersama para umara, peran ulama sangat vital di tengah masyarakat Kabupaten Banjar.
Untuk mengenang jasa para santri terdahulu serta menyatukan visi dan misi para santri di Kabupaten Banjar. Pemerintah Daerah Banjar mengadakan Seminar Sehari Santri dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional , Jum’at (21/10), di Aula Barakat Martapura.

4Seminar Sehari Santri ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari para santri se Kabupaten Banjar. Ruang Aula Barakat Martapura yang mampu menampung ratusan orang ini penuh sesak dengan antusias para santri yang ingin mengikuti seminar, apalagi seminar ini langsung dinarasumberi oleh orang nomor satu di Kabupaten Banjar H Khalilurrahman yang juga dikenal sebagai tokoh ulama yang sangat disegani di Kalsel, beserta dengan Kabag TU Kemenag Kalsel Muhammad Rofi’i.
Selain Bupati Banjar, acara ini dihadiri oleh Sekda Banjar H Nasrun Syah, mantan Wakil Bupati Banjar periode 2010-2015 H A Fauzan Saleh yang juga merupakan Ketua STAI Darussalam Martapura dan Ketua Warga Alumni Pondok Pesantren Darussalam (WAPDA), Staf Ahli Bupati Banjar Bidang Pembangunan H Muhammad, Ketua PCNU Banjar KH Syamsul Bahri, para guru ponpes dan santri yang ada di Kabupaten Banjar.
Dalam materinya, Bupati Banjar H Khalilurrahman mengatakan, santri merupakan salah satu aset paling berharga yang dimiliki Bangsa Indonesia untuk menyambut tongkat estapet kepemimpinan. Sepak terjang santri dalam membantu perjuangan bangsa untuk merebut kemerdekaan dan dunia pendidikan khususnya di bidang ilmu Agama Islam sangatlah besar.
“Para santri ini semenjak masuk ponpes sudah diajarkan untuk mencintai tanah air, dididik untuk memiliki akhlakul karimah dan perangai yang baik melalui pelajaran ilmu Agama Islam sehingga mereka kelak dapat menjadi seorang ulama besar dan pemimpin yang adil bagi masyrakat, menjadi penerang di tengah kegelapan. Inilah nilai tambah yang dimiliki para santri yang patut mendapat perhatian lebih dari pemerintah,” ucapnya.
Bupati menceritakan, pada masa Kerajaan Islam Banjar dahulu seorang raja atau sultan mempunyai ilmu Agama Islam yang luas sehingga dari beberapa mereka mendapat gelar Al Musta’in Billah, Al Watzik Billah bahkan Al Arif Billah. Mereka tidak hanya memerangi para penjajah, tetapi mereka juga memerangi kejahilan untuk umat Islam.
“Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kelampaian setelah menuntut ilmu selama 30 tahun di Mekkah, beliau kembali ke Martapura. Beliau langsung melakukan dakwah untuk menumpas kejahilan-kejahilan yang ada di masyarakat. Mengajarkan nilai luhur yang terkandung dalam kitab suci Al Qur’an serta mencontohkan Sunnah Rasullah.
Berkat Syekh Muhammad Arsyad kehidupan masyarakat Martapura menjadi lebih religi dan kental dengan budaya Islam. Ajaran yang bertentangan dengan ajaran Agama Islam beliau tenggelamkan sehingga kehidupan masyarakat Martapura saat itu mirip dengan kehidupan masyarakat Mekkah. Semenjak saat itu, Kota Martapura mendapat gelar Kota Serambi Mekkah. Beliau tidak hanya mengajar, beliau juga mengarang kitab-kitab yang sampai saat ini kitab beliau kita ajarkan di pondok-pondok pesantren dan sudah menyebar ke seluruh dunia,” tutur Bupati.
Namun Bupati menyayangkan, gelar Serambi Mekkah seakan mulai luntur di tengah masyarakat Kota Martapura dengan globalisasi zaman dan masuknya budaya barat yang banyak bertentangan dengan budaya Islam. “Jangan sampai perjuangan ulama dan para santri menjadi sia-sia. Bersama santri mari kita bangkitkan kembali Serambi Mekkah, membangkitkan budaya-budaya Islam yang penuh dengan nilai luhur. Tapi ingat Bhinneka Tunggal Ika, kita hanya membangkitkan budaya Islam yang memang menjadi cermin masyarakat Kabupaten Banjar dengan tidak melupakan ideologi, landasan atau dasar hukum negara Indonesia yang tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945,” tegas laki-laki yang akrab disapa Guru Khalil ini. (Fii/Tohal)